.:Repost dari blog saya yang lama.. hehe:.
Baca untuk ke berapa kalinya buku “Membangun Ruh Baru” karangan Musyaffa Abdurrahim.. Teringatkan lagi tentang pentingnya berkata “insya Allah”. Namanya manusia, mungkin kita tahu, bahwa kita boleh saja merencanakan segala sesuatu, memikirkan berbagai hal, menganggap suatu hal sangat sempurna hingga kita berfikir kalau kita sudah mengetahui akhir dari sesuatu, tapi kita sering terlupa bahwa ada Sang Empunya Langit dan Bumi yang berkehendak atas segala sesuatu. Maka tak jarang, kita sesumbar berucap “ya, saya pasti datang”, “oke, Senin saya bereskan pekerjaannya”, atau “sip lah, semuanya gampang diatur…”.
Sebenarnya, seorang Muslim harus memiliki sifat optimis (tafa’ul atau raja’), tapi kita sering terlupa bahwa sifat optimis tadi kudu diimbangi dengan rasa ‘adamul amni min makrillah (tidak merasa aman dari makar Allah) dan juga khauf (takut). Betapa Allah sudah menciptakan dunia ini dengan segala kesempurnaannya, menciptakan segala sesuatu berpasangan, tentunya agar semuanya seimbang.
Ada satu kisah yang menggambarkan betapa pentingnya berkata “insya Allah”. Suatu hari, Rasulullah saw.ditanyai oleh kafir Quraisy tentang tiga hal:
1. Bagaimana kisah ashabul kahfi?
2. Bagaimana kisah Dzul Qarnain?
3. Apa yang dimaksud dengan ruh?
Mendapati pertanyaan tersebut, Rasulullah saw.menjawab, “Besok akan saya ceritakan dan saya jawab”. Ada satu hal penting yang terlewat, beliau lupa mengucapkan insya Allah. Akibatnya, wahyu yang biasanya turun kepada beliau setiap mendapati masalah, tertunda selama 15 hari. Sedangkan kaum Quraisy terus menagih-nagih janji beliau tentang hal yang mereka pertanyakan itu.
Rasulullah saw.sangat sedih kejadian itu. Barulah setelah lima belas hari, Allah menurunkan jawaban atas pertanyaan itu melalui surat Al-KAhfi: 23-24.
“Janganlah kamu sekali-kali mengatakan, ‘Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,’ kecuali dengan mengatakan insya Allah.”(QS. Al-Kahfi: 23-24)
Mungkin kita bertanya-tanya, “Bukankah Rasulullah saw.telah diampuni dosanya baik yang telah lalu dan yang akan datang? Lalu, mengapa Allah menghukum Rasulullah saw. sampai sebegitu beratnya??” di buku dijelaskan, bahwa itu semua tujuannya semata-mata 1). Agar bisa menjadi pelajaran untuk kita, manusia, terutama yang hidup jauuh dari zaman ketika Rasulullah masih hidup. Rasulullah saw. Yang paling Allah cintai aja ditegur dengan sangat keras, apalagi kita, manusia biasa yang mungkin keimanan kita masih sangat jauh dari standar. Alasan yang ke 2). Karena Rasulullah saw. Adalah orang yang mempunyai kedekatan dengan Allah. Jadi, di buku disebutkan, ada hal-hal tertentu yang untuk orang-orang abrar (orang yang baik-baik) dinilai sebagai hasanat (kebaikan), namun bagi orang-orang berkelas muqarrab (yang dekat dengan Allah dan menjadi kekasihNya) akan dinilai sebagai suatu sayyiat (keburukan).
Masih ada kisah lain yang ditampilkan di buku. Yang lainnya adalah kisah nabi Sulaiman as, nabi Musa as, dan nabi Ismail as. Semuanya menggambarkan dengan cukup jelas, betapa mengucapkan “insya Allah” merupakan hal yang dinilai oleh Allah sangat urgen. Kita lihat saja tadi, betapa manusia sekelas Rasulullah saw. saja ditegur Allah dengan sangat keras hanya karena lupa mengucap insya Allah.
Semoga teringatkan kembali…dan mulai membentuk kebiasaan mengucap insya Allah…
0 komen:
Posting Komentar